TEMPO.CO, Jakarta - Dering lonceng yang lembut terdengar. Di wilayah Christian Quarter – bagian Yerusalem yang diperuntukkan untuk umat Kristen – dengan rumah-rumah berdinding batu, sebuah pintu besi warna merah terbuka. Itulah rumah Issa Kassisieh, satu-satunya Santa Klaus bersertifikat di Yerusalem.
Di lorong, di sebelah kereta luncur, berdiri Issa Kassissieh. Dia jangkung dan bertubuh kuat - Kassissieh adalah pemain bola basket yang berbakat, dan pernah direkrut untuk bermain bola perguruan tinggi di Amerika Serikat - dan dia satu-satunya Santa Claus yang bersertifikat Israel.
Rumahnya berada St. Peter Street. Sepatu boot Kassissieh yang berhias lonceng mungil bergemerincing. Rumah Kassissieh berjuluk "Rumah Santa."
Sebagaimana dinukil dari reportase Gitit Ginat dari Atlas Obscura, sebuah ruang kecil di lantai pertama rumah keluarga Kassissieh, telah berubah menjadi Rumah Santa. Issa Kassissieh telah mengubah ruangan itu menjadi destinasi wisata Natal. Lantainya berhias ubin kuno dengan langit-langit berkubah, yang tampak tak cocok dengan suasana kekristenan Timur Tengah.
Alih-alih bernuansa Kristen Timur Tengah, Rumah Santa sangat menggambarkan Kristen di Dunia Barat: pohon-pohon Natal, kepingan salju berkilauan, rusa dan boneka beruang kutub.
Bagaimana seorang anak Yerusalem dengan pendidikan di Amerika, tiba-tiba menjadi seorang Santa Klaus? Itu berawal 14 tahun yang lalu ketika Kassissieh menemukan kostum Santa Claus tua milik ayahnya. Dia memutuskan untuk menghibur dirinya sendiri dan mencobanya. Ia berpatut-patut di depan cermin dan menemukan pakaian sosok legenda itu sangat cocok untuk dirinya.
Ia pergi pun pergi ke Gerbang Jaffa di dekatnya, sebuah portal bersejarah di dinding Kota Tua, sambil mengenakannya. Anak-anak dengan gembira berkumpul dan itu berpengaruh pada dirinya. "Saya menyadari bahwa sebagai seorang anak, saya tidak dapat memiliki kebahagiaan ini, dan bahwa inilah saatnya untuk memberikannya kepada anak-anak Yerusalem," katanya.
Issa Kassissieh adalah satu-satunya Santa Klaus bersertifikat di Israel dan Palestina. Foto: Atlas Obscura
"Saat berkeliling dunia selama Natal aku menyadari betapa dalamnya Santa tertanam dalam budaya Barat, sementara di sini, di tempat Natal dimulai, kami hanya mengenal Santa melalui televisi dan film."